Bila dua hati telah berikrar, dua jiwa telah saling bertaut, telah menjadi suami dan istri. Maka terjadilah perubahan dalam kehidupan itu. Dari bersendiri menjadi berdua, dari tiada pendamping menjadi selalu berdampingan, dari hanya berangan-angan menjadi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Maka terjadilah pula perubahan dalam kewajiban dan hak, kewajiban hidup bertambah dan sebagai imbalannya, hak-hak pun bertambah pula. Semula hanya memiliki satu keluarga, kini memiliki dua keluarga, semula mempunyai kewajiban pada diri sendiri, kini punya kewajiban terhadap suami atau istri dan kewajiban kepada keluarga.
Rasulu ‘llah saw. bersabda :
“Siapa yang menikah maka dia telah melindungi separuh agamanya, karena itu hendaklah dia bertaqwa kepada Alloh dalam memelihara yang separohnya lagi". (Hadis riwayat Al Hakim dan At Tohawiy).
Bila Alloh mentaqdirkan mempunyai anak, maka kewajiban bertambah lagi. Diawali dari memberi nama yang baik dan indah, seperti yang dituntunkan Rosulu‘lloh saw. Lalu dilanjutkan dengan merawatnya agar sehat jasmani dan rohaninya, kemudian memberi pendidikan agama, aqidah dan akhlaq yang mulia sesuai yang ditugaskan Alloh swt. kepada seluruh hamba-hamba-Nya.
Perubahan demi perubahan akan dialami dalam mengarungi samudera kehidupan ini, senang, susah, bahagia, sengsara, berat, ringan, tangis dan tawa akan ditemui silih berganti.
Alloh telah mentaqdirkan alam semesta ini berjodoh-jodah, positif-negatif, panas-dingin, hitam putih, siang dan malam. Siang yang terang benderang berangsur-angsur menjadi redup, teram temaram lalu berubah menjadi malam yang gelap gulita. Tiada siang tanpa malam dan tiada malam tanpa siang, silih berganti dan senantiasa silih berganti sampai apa yang Alloh kehendaki.
Janganlah menggugat malam yang gelap karena menggantikan siang yang terang benderang. Janganlah menyalahkan datangnya kepedihan karena ia adalah imbangan kesenangan. Janganlah mencela kesulitan karena ia adalah timbangan kemudahan. Ingatlah dua kesukaran yang difirmankan Alloh yang pasti akan melahirkan dua kemudahan.
Alloh berfirman dalam Al Quranu ‘l Karim :
“Maka sesungguhnya bersama kesukaran itu (pasti) ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesukaran itu (pasti) ada kemudahan”. (QS 94 : 5-6)
Demikianlah Alloh menasihati kita seluruhnya tanpa kecuali, agar memiliki jiwa tegar, teguh, tabah, sabar dan selalu memiliki harapan akan kasih sayang Alloh yang Maha Pengasih. Jangan kiranya ada sikap putus asa dari rohmat Alloh. Karena putus asa dari rohmat Alloh itu adalah sifat orang-orang kafir. Hendaklah kita selalu berusaha mengatasi segala kesukaran dengan hati tabah, pasrah, sabar dan bertawakkal kepada Alloh swt.
Alloh swt. berfirman :
“… dan janganlah kamu putus asa dari rohmat Alloh. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rohmat Alloh melainkan kaum yang kafir”. (QS 12 : 87).
Pernikahan dan perjodohan itu adalah sunnatu ‘lloh, artinya ketetapan Alloh, taqdir dan aturan hukumnya yang berlaku pada alam semesta, ia juga sunnah umat manusia, artinya adat dan perjalanan umat manusia, ia juga sunnah alam nabati, artinya tetumbuhan juga berpasangan. Marilah kita perhatikan, lampu elekrik yang terang benderang hanya dapat menyala bila ada positif dan negatif.
Lelaki dan wanita itu tidak sama, sebagaimana yang difirmankan Alloh mengisahkan ucapan ibunda Siti Mariam ketika melahirkan putera idamannya itu :
“Maka tatkala dia melahirkannya, dia berkata : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak wanita, dan Alloh lebih mengetahui apa yang dilahirkan itu, dan laki-laki itu tiada sama dengan wanita “. (QS 3 : 36).
Demikianlah ketegasan pandangan wanita solihah nenek dari Nabi Isa ‘alaihi ‘ssalam. Ia bernazar kepada Alloh swt. bila ia melahirkan seorang anak laki-laki akan diserahkan untuk mengurus masjid, keperluan ibadah bagi manusia dan memakmurkan masjid Alloh tidak untuk urusan dunia, namun ternyata ia melahirkan seorang wanita, nazar tetap dilaksanakan namun ia adalah seorang wanita.
Ketahuilah wanita itu berbeda fisiknya dengan laki-laki dengan perbedaan yang menyeluruh, dari kulitnya yang halus dengan diliputi lemak yang lebih banyak dari laki-laki, badannya lebih kecil, jantung dan ginjal yang beda dengan laki-laki sehingga tekanan darah dan denyut nadinya pun berbeda. Yang lebih mengherankan adalah sel otak wanita lebih sedikit dibanding dengan sel otak laki-laki dengan perbedaan sekian milyar sel.
Maka ibarat siang dan malam, keduanya berbeda, keduanya memiliki keistimewaan dan oleh karena itu memiliki fungsi yang berbeda yang tidak dapat digantikan yang lain, demikian pula wanita berbeda dengan laki-laki atau tidak sama, keduanya memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki yang lain, maka kewajiban dan haknya pun berbeda pula sebagaimana yang telah disyari’atkan Alloh swt. dan yang telah dituntunkan oleh junjungan kita nabi Muhammad s a w.
Maka siapa yang pandai mematuhi syari’at Alloh dan mendudukkan perbedaan wujud, qodrat dan meletakkan syari’at Alloh dengan tepat dan sebaik-baiknya merekalah yang akan mendapat kebahagiaan yang utuh. Dan siapa yang menyimpang dari kepastian Alloh pada diri mereka, maka akan mengalami akibat yang tidak menjadi harapan yang diidam-idamkan. Maka merugilah manusia, dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
Ketahuilah pernikahan itu adalah ibadah, ia bukan canda dan gurauan, bukan sekedar bersenang-senang tetapi mengemban amanah Alloh swt. yang akan memberi kenikmatan dan kebahagiaan bagi semua yang melaksanakan titah amanah Alloh yang teramat berat itu. Dan pahala itu “biqodri ‘l masyaqqoh”, artinya semakin berat tugas yang kita emban maka semakin besar pula pahala yang akan dianugerahkan Alloh kepada para pelaksananya. Alloh Maha luas anugerah-Nya.
Menikah harus memiliki niat yang ikhlas dan tujuan yang mulia supaya memperoleh kemuliaan pula. Sebagaimana disabdakan oleh Rosulu ‘lloh s a w. dalam hadis sohih :
“Siapa yang mengawini seorang wanita karena memandang kedudukannya, maka Alloh akan menambah baginya kerendahan dan siapa yang mengawini wanita karena memandang harta bendanya maka Alloh akan menambah baginya kemelaratan dan siapa yang mengawininya karena memandang keturunannya maka Alloh akan menambah baginya kehinaan, tetapi siapa yang mengawini seorang wanita karena bermaksud ingin meredam gejolak mata dan menjaga kesucian seksualnya atau ingin mendekatkan ikatan kekelurgaan maka Alloh akan memberkahi baginya pada isterinya dan memberkahi isterinya padanya”. Hadis riwayat Imam Bukhariy.
Akhirnya semoga Alloh senantiasa melindungi kita dari segala keburukan dunia dan akhirat dan memberi kebaikan dunia dan akhirat pula.
Demikianlah mau’izoh hasanah yang telah saya sampaikan berlandaskan firman Alloh dan sabda Rosulu lloh saw. Semoga nasihat Alloh dan Rosulu‘lloh saw. menjadi pijakan kita dalam menempuh kehidupan kita sehari-hari dan semoga kita memperoleh kebahagiaan jasmani dan ruhani, dunia dan akhirat. Allohumma amin.
Ayahanda Hanif Adzhar ibn Abd Rohim ibn Abd Rozaq
Sidoarjo, 15 Sya’ban 1424H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar