Minggu, 23 Januari 2011

Antara fikir dan Dzikir

http://crayon.students-blog.
undip.ac.id
 

Di kalangan para ilmuan, masalah fikir, akal, nalar, penelitian, eksperimen dan pembuktian adalah hal yang tak asing lagi. Karena tidaklah mungkin seseorang disebut intlektual kecuali jika ia selalu menggunakan akalnya dan selalu berfikir untuk memecahkan  berbagai masalah secara intensif.
Membaca dan menelaah berbagai macam tulisan ilmiah, mendalaminya dan mengadakan eksperimen, menguji berbagai macam penelitian, membaca dan meneliti segala benda-benda alam makro dan mikro pastilah mengerahkan daya fikir, akal dan nalar (nazor).
       
Sedangkan dalam Al Quran sebagai pedoman hidup dan kehidupan kaum muslim  bertaburan perintah berfikir, menggunakan akal dan mengembangkan nalar dengan baik agar sampai kepada pengakuan tentang asal usul kejadian yang berasal dari tidak ada menjadi ada, dari ‘adam menjadi wujud. Melahirkan kesimpulan tentang adanya sebab terjadinya segala yang maujud. Menimbulkan keyakinan adanya musabbibu‘l asbab, prima causa, Maha Pencipta segala sebab. Adanya makhluk memastikan adanya Kholiq.


Marilah kita perhatikan ayat-ayat berikut ini :

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ

1.         “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka ?  Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhan mereka”.  (QS Ar Rum (30) : 8).

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

2.    “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanaman-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai pula perhiasannya dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepada mereka azab Kami waktu malam atau siang lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanaman-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berfikir”.   (QS Yunus (10) : 24).

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

3.    “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya dia menjulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir”.   (QS. Al A’rof  (7) : 176).

اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الأخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

  1. “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan   Alloh bagi kaum yang berfikir”.  (QS. Az Zumar (39) :42).

كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

  1. “Demikianlah Alloh menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya supaya kamu memikirkannya”.   (QS. Al Baqoroh (2) : 242).

لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ


  1. “Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia, supaya mereka berfikir”.  (QS. Al Hasyr (59) : 21).

وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ أَفَلا تَعْقِلُونَ

  1. “Dan Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia-lah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak menggunakan akal ?.   (QS. Al Mukminun (23) : 80).

فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ

  1. “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan  makanannya”. (QS. ‘Abasa (80) : 24).
فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ

  1. “Maka hendaklah manusia memperhatikan, dari apa dia diciptakan”. (QS. At  Tariq (86) : 5).

Ayat-ayat tersebut di atas jelas memerintahkan manusia untuk menjadi pemikir, untuk menjadi ilmuwan. Dan akhirnya Islam memerintah agar manusia memadukan antara fikir dan zikir, untuk melahirkan manusia-manusia ulu‘l albab, cendekiawan yang memiliki ilmu yang mendalam, yang sampai kepada kesadaran sebagai hamba yang mempunyai kewajiban mengemban amanah Alloh, menjunjung tinggi nama-Nya.

Marilah kita perhatikan, betapa pentingnya memadukan antara fikir dan zikir. Zikir dalam arti meyakini kemutlakan iradah Alloh swt. Mengimani sifat kemahaesaan Alloh dalam segala hal. Karena membiarkan fikir tanpa kendali zikir ia akan larat bagaikan kuda liar yang tak terkendali. Membentur situasi dan alam, membuat berbagai pertanyaan yang tidak terkontrol. Memberontak keadaan yang nyata yang dia rasakan tidak logis dan tidak masuk akal. Berbagai pertanyaan diajukan, mengapa begini? Mengapa tidak demikian?. Lebih hebat lagi pertanyaan yang nadanya memprotes Tuhan, mengapa Tuhan menjadikan keadaan ini?. Dan seterusnya dan seterusnya tidak ada ujung pangkalnya!. Lupa kelemahan mutlak dan sifat naqis (serba kurang) pada diri sendiri sebagai makhluk!. Timbullah sikap kesombongan!

Maka marilah kita perhatikan betapa mentakjubkan ayat-ayat Alloh berikut ini yang memadukan antara fikir dan zikir sebagai dua hal yang tak boleh terpisah.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ

10. ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan  silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulu ‘l albab (orang-orang yang memiliki pemikiran yang mendalam). (Yaitu) orang-orang yang berzikir kepada Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan (semua) ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.  (S. Ali Imran 3 : 190-191).

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

11.  “Laki-laki yang banyak berzikir kepada Alloh dan wanita yang (banyak) berzikir (kepada Alloh), Alloh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al Ahzab (33) : 35.

Demikianlah Islam memberi mau’idzoh dan hidayah kepada manusia agar selalu memadukan antara fikir dan zikir, sebab fikir tanpa zikir akan menyebabkan kesesatan prilaku manusia, menyeret manusia ke alam yang tak terbatas jangkauannya, padahal kemampuan akal manusia itu pada hakikatnya sangat terbatas. Dan selanjutnya zikir tanpa fikir akan  melahirkan sikap rohani yang egois, kosong dari keindahan alam, fikiran manusia yang seharusnya menjadi suatu pangakuan atau keimanan terhadap Al Kholiq dan pengakuan kelemahan dirinya sebagai makhluq. Memadukan keduanya menumbuhkan amaliyah yang nyata dalam kehidupan di alam secara menyeluruh.

Untuk tindak preventif kita diajari berdo’a dalam agama kita, yang terasa betapa pentingnya berdo’a di zaman yang tak terkirakan kemajuannya ini.

“Allohumma arina‘l haqqo haqqo(n), warzuqna‘t tiba’ahu. Wa arina‘l bathila bathila(n), warzuqna‘j tinabahu”. “Ya Alloh tunjukilah kami yang benar itu tampak benar (dalam pandangan kami) dan berilah kami kemampuan untuk mengikutinya, dan tunjukilah kami yang batil itu batil (dalam pandangan kami) dan berilah kami kemampuan untuk menjauhinya”.

“Ya muqolliba‘l qulub sabbit qulubana ‘ala dinika”. “Wahai yang membalik- balikkan hati mantapkanlah hati-hati kami pada agama-Mu” 

“Allohumma‘j ‘alna- mina‘z za-kirina wa la- taj’alna- mina‘l ghofilin. “Ya Alloh jadikanlah kami orang-orang yang selalu berzikir dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang lalai”.  Amin ya robba‘l ‘a-lami-n.

Senin 19 Sofar 1427 – 19 Maret 2006



2 komentar:

  1. Setuju sekali, Kang/Mas...
    Tertarik dengan bagian yang ini:
    "Karena membiarkan fikir tanpa kendali zikir ia akan larat bagaikan kuda liar yang tak terkendali."

    Sekarang ini banyak orang2 pintar, tetapi tidak mengarahkan umat pada kesesatan. itu karena seperti kata Mas karena mereka berpikir tanpa zikir (yang benar). Contohnya, saudara2 kita yang berhimpun di organisasi JIL. Sungguh memprihatinkan...seperti kuda liar.. menghalalkan yang haram; mengharamkan yang halal.. nauzubillah.. ;_(

    BalasHapus
  2. @MUXLIMO:
    Inilah hal yang sangat kita prihatinkan, banyak yang menjadikan agama harus selaras dengan jalan kehidupannya, bukan sebaliknya.

    Terima kasih.

    BalasHapus