Minggu, 16 Januari 2011

MEMBEBASKAN DIRI DARI RASA TAKUT DAN DUKA

Islam tidak hanya mengajarkan hal-hal yang bersifat duniawi semata-mata, tetapi mengatur kehidupan duniawi dan ukhrawi, jasmani dan rohani secara seimbang, fi ‘ddunya hasanah wa fi ‘lakhirati hasanah. Ditambah lagi dengan bebas dari rasa takut dan dukacita di dunia, 
dan di akhirat bebas dari murka dan azab Allah Sub-hanahu wa Ta’ala (http://baguse-rek.blogspot.com/2011/01/keharmonisan-hidup.html

Pada tulisan sebelumnya, sudah dibahas tentang, keharmonisan hidup di dunia dan mencari kebaikan akhirat. Kemudian bagaimana membebaskan diri kita dari rasa takut dan duka cita??
Marilah kita perhatikan firman Allah di bawah ini :

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
1.      Kami berfirman, “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, tentu tidak akan ketakutan atas mereka dan tidak (pula) mereka berduka cita”  (S Al Baqarah 2 : 38).

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
2.      Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabi’in (orang-orang yang menyimpang dari ajaran nabi-nabi dahulu), siapa yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal salih, mereka akan menerima pahala di hadirat Tuhan mereka, tidak ada ketakutan bagi mereka dan tidak (pula) berduka cita. (QS Al Baqarah 2 : 62).

 (Syarat bagi empat golongan tersebut ialah,  bila  mereka  beriman  kepada  Nabi Muhammad saw. dan melaksanakan ajarannya. Perhatikan  Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati QS  Al  Maidah  5 : 69).

بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
3.      Sebenarnyalah, siapa pun yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang  dia  berbuat  kebaikan  maka  baginya pahala pada hadirat Tuhannya,  dan  tidak  ada  ketakutan atas mereka dan mereka tidak berduka cita (QS Al Baqarah 2 : 112).

وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
4.      Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (QS Al An’am 6 : 48).

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
5.      Orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah, kemudian tidak diiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberian dan yang menyakiti hati, mereka diberi pahala dari hadirat Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak berduka cita  (S Al Baqarah 2 : 262).

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
6.      Orang-orang yang menafkahkan hartanya pada waktu malam dan siang, dengan tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat ganjaran dari Tuhan mereka, dan mereka tidak takut dan mereka tidak berduka cita  (S Al Baqarah 2 : 274).

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
7.      Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal salih, menegakkan solat dan menunaikan zakat, mereka memperoleh pahala dari hadirat Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan terhadap mereka dan mereka tidak berduka cita  (S Al Baqarah 2 : 277).    

وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ - فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
8.      Dan janganlah kamu anggap mati orang-orang yang gugur di jalan Allah, bahkan mereka itu hidup di hadirat Tuhan mereka diberi rizki, mereka bergembira dengan karunia Allah yang Dia limpahkan kepada mereka, dan mereka bergembira terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa mereka tidak merasa takut dan mereka tidak berduka cita (S  Ali ‘Imran  3 : 169 – 170).

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ  -الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ  -لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
9.      Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak berduka cita. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka adalah  orang-orang  yang  bertaqwa.  Bagi  mereka kegembiraan  di dalam  kehidupan  dunia  dan  di  akhirat.  Tidak  ada  perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang  demikian  itu  kemenangan yang besar (QS Yunus 10 : 62 – 64).

يَا عِبَادِ لا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ  -الَّذِينَ آمَنُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا مُسْلِمِينَ
10.  Hai  hamba-hamba-Ku, tiada ketakutan bagi kamu hari ini dan tiada (pula) kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka orang-orang yang berserah diri.  (QS Az Zukhruf 43 : 68 – 69).

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
11.  Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka istiqamah (melaksanakan kewajiban dengan tetap), maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak (pula) berduka cita.  (QS  Al Ahqaf  46 : 13).

Demikian jelasnya ayat-ayat menyatakan tentang kebebasan dari satu situasi yang paling dibenci dan dijauhi oleh manusia, ialah ketakutan dan kesedihan atau duka cita. Tetapi bagaimana kita dapat membebaskan kehidupan umat manusia dari rasa takut duka cita itu ?


Marilah kita perhatikan petunjuk-petunjuk Allah yang terdapat pada ayat-ayat yang telah kita sebutkan tadi, yaitu :
1.      Beriman kepada Allah,
2.      Mematuhi hidayah (petunjuk dan tuntunan) Allah,
3.      Beriman kepada hari akhir, hari kebangkitan,
4.      Beriman kepada rasul terakhir, Muhammad saw.,
5.      Menyerahkan wajah (tata hidup dan kehidupannya) dan semua aspek kehidupannya kepada Allah, yakni seluruh gerak langkahnya hanya berada pada siratu‘llahi ‘l mustaqim; jalan Allah yang lurus,
6.      Senantiasa berusaha beramal salih dan berbuat kebaikan terhadap seisi alam,
7.      Membelanjakan harta di jalan Allah dengan ikhlas, menghindari riya’ dan menyakiti hati yang diberi pertolongan,
8.      Membelanjakan harta di jalan Allah pada malam hari, siang hari, dengan rahasia dan terang-terangan semata-mata mencari rida Allah,
9.      Menegakkan sholat dan berusaha menjaga seluruh sholat dengan sebaik-baiknya,
10.  Menunaikan zakat yang difardukan dan berinfaq fi sabili ‘llah,
11.  Berperang membela agama Allah hingga mati syahid atau mem-peroleh kemenangan dan kemuliaan dalam kehidupan dunia,
12.  Berusaha memelihara perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya sehingga menjadi orang yang bertaqwa atau menjadi kekasih Allah (waliyyu ’llah),
13.  Mengimani ayat-ayat Allah, mempelajarinya, mendalaminya dan berusaha mengamalkannya.

Demikianlah ajaran Islam, dinu ‘l haqq (agama yang benar), dinu‘l khalis (agama yang murni), dinu‘l qayyim (agama yang lurus), dinu‘llah (agama Allah), dinu‘l hanif (agama yang condong kepada kebenaran) ini, dia adalah agama salam, agama damai yang menebarkan kedamaian. Ajarannya jelas dan tidak satupun ajarannya yang tersembunyi. Semua manusia boleh mempelajarinya, menelitinya atau untuk mencari kebenaran dan memperoleh kebenaran dari padanya.

Rasulullahsaw memberi contoh, ketika menghadapi suasana kesedihan dan duka cita (dikenal sebagai tahun duka cita) yang sangat dalam saat ditinggal dua orang yang membantu dan melindungi dakwahnya (Siti Khadijah ra dan pamanya Abu Thalib), Rasulullah memperkuat diri dengan memanjatkan doa berikut:

“Ya Allah, kepadaMu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan ketidakberdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Jika Engkau tidak murka kepadaku, semua itu tak kuhiraukan karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat, dan murka-Mu yang hendak Engkau turunkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersatukan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apapun selain atas perkenan-Mu.”

Selanjutnya, Allah berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS Ar-Ra'd (13) : 28).

Maka nyata bahwa Islam adalah agama fitrah, agama yang sesuai dengan fitrah manusia, kesucian jiwa dan ruh manusia. Agama yang khalis, agama yang murni, yakni agama yang benar-benar berasal dari Allah, tak ada manusia yang ikut campur dalam menyusun ajaran Islam ini. Islam bukan agama wad’iy, agama ciptaan manusia atau agama budaya. Bahkan Islam bukan agama “Muhammadanisme”, sebagaimana orang- orang barat menyebutnya.

Allah berjanji akan memberi petunjuk jalan-jalan-Nya dan Allah akan selalu menyertai kita dan akan selalu memberi pertolongan kepada kita. Kita yakin kebenaran janji Allah itu,  kita wajib optimis penuh harapan. Masa depan umat Islam pasti lebih baik, selama kita seluruhnya, individu dan seluruh Jam’iyyah Islamiyyah bertekat bulat menegakkan kebenaran dan menyingkirkan kebatilan dan kemunkaran, “nasrun mina‘llahi wa fat-hun qarib”, pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat.

 Surabaya, Syawal 1423 H.
Hanif Adzhar Abd Rahim ibn Abd Razaq
Bagus H. Jihad        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar