Kamis, 03 Maret 2011

#TIP 4. CEMERLANG DENGAN ILMU TERKINI

[36 TIP CEMERLANG DALAM AL-QURAN]



Umat islam sebelum ini sangat mengagumkan dalam penguasaan ilmu dan sains. Hal ini diakui sendiri oleh para pemikir Barat. Salah satunya dinyatakan oleh
Carleton S. (Carly) Fiorina, CEO Hewlett-Packard, sewaktu menyampaikan pidatonya yang berjudul Technology, Business, and Our Way of Life: What's Next pada 26 September 2001 di Menneapolis, Minnesota,"Dahulu ada satu peradaban terbesar di dunia. Kerajaannya begitu luas, sambung menyambung dari lautan ke lautan, menjangkau kawasan utara, tropika dan padang pasir. Peradaban ini hidup subur dan digerakkan oleh ciptaan - ciptaan baru. Para arsiteknya mampu membangun bangunan tinggi melawan grafitasi. Para pakar matematikanya menciptakan konsep 'aljabar' dan 'algoritma' dan konsep ini membantu menciptakan komputer dan encryption yang ada dewasa ini. Para tokoh kedokteran menemukan obat-obatan baru yang digunakan untuk menyembuhkan  berbagai penyakit. Para tokoh astronominya meneropong langit dan memberi nama kepada bintang - bintang dan sekaligus membuka jalan bagi penelitian angkasa raya. Para penulisnya menulis ribuan cerita...peradaban yang saya maksudkan adalah peradaban Islam yang berkembangpada 800-1600 Masehi. Meskipun kita sering kali tidak menyadari betapa berutang budinya kita kepada peradaban ini..."

Perhatikan firman Allah dalam [QS. At-Taubah (9) : 122],

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Pengertian ayat ini menjelaskan pentingnya sebagian umat Islam terlibat dalam peperangan. Sebagian lain mendalami ilmu agama, agar mereka dapat mengingatkan rekan-rekan mereka yang lain tentang agama. Hal ini yang dimaksud oleh Imam Ghazali sebagai fardhu kifayah. Imam Ghazali membagi ilmu-ilmu fardhu kifayah kepada dua hal: ilmu syariat dan ilmu bukan syariat.

Menguasai ilmu terkini adalah wajib hukumnya. Tidak ada kecemerlangan tanpanya. Justru, kesadaran harus ditumbuhkan dalam hati golongan muda saat ini agar mereka menjadi golongan yang mencintai ilmu termasuk sains. Hanya dengan ilmu saja umat menjadi cemerlang dan gemilang. Berniatlah agar kita berada di salah satu penjuru dari penjuru - penjuru ilmu fardhu kifayah ini. Jangan lupa perkataan Imam Ghazali, ”yang fardhu kifayah adalah setiap ilmu yang bertujuan untuk menegakkan urusan dunia yang tidak dapat dikesampingkan.”

Baca juga:

Sumber : Dr. Danial Zainal Abidin, 2008, Al-Qur’an For Life Excellence.


2 komentar:

  1. Terima kasih, Insya Allah tetap semangat. Blog anda juga sangat menarik dan ramai. nanti saya tempatkan link anda di sini.

    BalasHapus