Sabtu, 23 April 2011

Lukman, Lelaki Shalih yang Inspiratif


Tak banyak manusia yang namanya diabadikan secara baik oleh Allah di dalam Al-Quran. Lukman termasuk diantara yang sedikit itu lantaran dia memiliki ‘nilai lebih’ yaitu dikaruniai hikmah oleh Allah (baca juga: Cemerlang dengan Ilmu dan Hikmah). 

Luqman dan Hikmah

Siapa Luqman? Jumhur ulama menyatakan, Luqman bukan nabi melainkan hanya seorang hamba yang shalih dan diberi hikmah oleh Allah.


وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya Ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangslapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” [QS Luqman (31): 12].

Luqman hidup cli zaman Nabi Dawud as. Ia berkulit hitam dan tak punya kedudukan sosial yang tinggi. Namun, hikmah yang diterimanya dari Allah menjadikan pesan-pesan Luqman patut diamalkan seluruh manusia. Ciri paling kental dari Luqman adalah selalu berkata-kata baik dan benar, dan itu termasuk ajaran pokok dalam Islam.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar” [QS Al-Ahzab (33): 70-71].

Luqman adalah teladan. Dia selalu berbicara baik dan benar serta lebih memilih untuk diam ketimbang berbicara jika tak bermanfaat. Lihatlah Tafsir Ath-Thabar Di kitab itu, Umar bin Qais berkata: “Ia (Luqman) seorang berkulit hitam, berbibir tebal, dan bertelapak kaki retak-retak. Kemudian, seseorang datang kepadanya ketika dia berada di sebuah majelis untuk mengajari manusia. Orang itu berkata kepada Luqman:
‘Bukankah engkau adalah orang yang menggembalakan domba bersama saya di tempat ini dan ini?” Luqman menjawab:
‘Benar!” Orang itu lantas bertanya lagi: “Lalu apa yang menyebabkan engkau mencapai kemajuan seperti yang aku lihat ini?” Luqman menjawab: ‘Dengan berbicara benar dan berdiam diri dari hal-hal yang tak bermanfaat.”

Luqman sangat dikenal sebagai pribadi yang tidak suka mengulang kata-kata. Dia hanya akan mengulang jika kata-kata itu berhikmah dan itupun jika ada yang memintanya untuk mengulang. Di Tafsir Ibnu Katsir, Abu Darda berkata bahwa Luqman tidak pernah mengulang suatu ucapan yang pernah diucapkannya kecuali hikmah yang diminta untuk diulang oleh seseorang (Majdi Asy-Syahari, 2005: 13-15).

Sebutan Al-Hakim baginya adalah hal yang tepat karena sesual dengan ucapan, sikap, dan perbuatannya yang penuh hikmah. Misal, di Tafsir Al-Qurthubi, dikisahkan: Seseorang meminta kepada Luqman: “Sembelihkanlah seekor domba, kemudian berikan kepada saya dua bagian tubuh domba itu yang paling balk.” Maka, Luqman memberikan kepadanya lidah dan hati domba tersebut.

Setelah itu, orang yang sama meminta Luqman untuk menyembelihkan domba lagi, tapi kali ini dengan permintaan yang berbeda: “Buanglah dua bagian dari tubuh domba itu yang paling buruk.” Luqman-pun membuang lidah dan hati domba itu.

Mendapati kenyataan itu, orang tersebut heran, sebab Luqman memilih lidah dan hati sebagai dua bagian tubuh domba yang paling baik tapi sekaligus paling buruk. Diapun menyoal: “Mengapa begitu?”

Luqman menjawab: “Karena tidak ada bagian tubuhnya yang lebih baik dari keduanya jika keduanya baik, dan tak ada bagian tubuhnya yang lebih buruk dari keduanya jika keduanya buruk” (Majdi Asy-Syahari, 2005: 15).

Atas fragmen di atas, boleh jadi, ada yang tak segera faham dengan maksud Luqman. Sebab, sikap atau perbuatan Luqman terkait ‘lidah dan hati’ itu tergolong ‘nyleneh’ . Namun, bagi kaum beriman, ‘aksi’ Luqman tersebut cukup mudah untuk ditangkap pesannya. Mengapa?

Berdasar HR Bukhari dan Muslim, kita diajari untuk selalu berkata baik atau —jika tidak- silakan berdiani-diri saja. Artinya, lidah (baca: lisan) itu harus kita jaga. Sementara, lewat HR Bukhari dan Muslim juga, kita tahu bahwa di dalam diri seseorang ada segumpal darah -yaitu hati- yang jika hati itu baik maka akan baik pulalah orang itu, dan sebaliknya.

Di kitab Ash-Shumtu karya Ibnu Abi ad-Dunya diceritakan bahwa Luqman pernah ditanya, “Bentuk hikmah apa yang kamu miliki?” Luqman menjawab, ‘Saya tidak akan meminta yang aku sudah dicukupi, dan saya tidak akan berbuat sesuatu yang tidak bermanfaat bagi saya.”

Ahmad meriwayatkan bahwa suatu ketika Luqman ditanya, “Siapakah manusia yang paling jelek?” Luqman menjawab: “Orang yang berbuat jelek dan ia tak peduli ketika orang lain melihatnya”.

Berbagai pesan/wasiat Luqman itu patut menjadi pegangan kita. Nasihat-nasihat tersebut bernilai penting dan agung. Kesemuanya dapat kita jalankan untuk meraih ridha Allah, termasuk yang berikut ini:
Luqman berwasiat kepada anaknya, “Wahai anakku, duduklah bersama orang-orang yang alim dan belajarlah dengan mereka. Sesungguhnya Allah menghidupkan hati-hati mereka dengan cahaya hikmah sebagaimana Allah menghidupkan tanah yang sudah mati dengan air hujan (HR Malik dan Ahmad).

Sosok Inspiratif

Berdasar (sebagian) kisah Luqman di atas, maka terutama bagi yang merasa memiliki kekurangan dalam hal penampilan fisik —antara lain seperti berkuiit hitam- janganlah bersedih atau berkecil hati. Sebab, kemuliaan seseorang itu tidak tergantung kepada performa fisiknya.

Di sekitar kita, banyak manusia yang memiliki catatan amal shalih yang membuatnya mulia di hadapan Allah dan manusia sekalipun (setidaknya dalam pandangan sebagian orang) memiliki fisik yang tak bagus. Dalam khazanah Islam, kecuali Luqman masih banyak contoh manusia mulia —balk di depan Allah maupun di hadapan manusia- lantaran memiliki aqidah yang kuat dan akhlaq yang indah.

Lihat —misalnya- lelaki herkulit hitam yang bernama Bilal bin Rabah. Dia dikenal sebagal “Muadzin Rasuluilah SAW dan lambang persamaan derajat manusia”. Dan, karena amal shalihya yang istiqomah, Rasulullah SAW memberi kabar gembira baginya bahwa dia termasuk salah seorang calon penghuni surga.

Jadi, Luqman itu memang inspiratif! Ayo, kita berguru kepadanya.

M. Anwar Djaelani,
Dosen STAlL Pesantren Hidayatullah Surabaya
Buletin Hanif |no. 16 Tahun ke-XV, 26 Dzulhijjah 1431H|






7 komentar:

  1. Terimakasih sdh berbagi ilmu....

    BalasHapus
  2. @Erwin, terima kasih Sobat, yang penting bagaimana kita meneladaninya. Salam takzim.

    BalasHapus
  3. tulisannya mencerahkan pak...

    makasih udah difollow, aku follow balik no.14

    BalasHapus
  4. Subhanallah, jadilah seperti Lukman.. salam kenal

    BalasHapus
  5. @wits: Terima kasih Mbak. Oh ya linknya sdh sy pasang di blog saya. Salam takzim.

    BalasHapus
  6. @kamal: terima kasih sdh mampir, semoga lain kali kembali lagi dan terjalinnya persahabatan ini. Salam takzim.

    BalasHapus
  7. Inspiratif, orang tua ngasi nama saya Lukman :-)
    Moga bisa meneladani beliau....

    BalasHapus