Minggu, 24 April 2011

Tarku’sh Sholah



[baguse-rek]      Tarku’sh sholah, yaitu meninggalkan atau menyia-nyiakan shalat. Pelakunya disebut pula taariku’sh shalah yaitu orang yang meninggalkan shalat. Sebuah perjanjian atau ikatan yang menjadi pembeda antara kita kaum mukminin dengan kaum kafirin adalah shalat. Sehingga shalat menjadi salah satu indikator utama keimanan seseorang. Shalat juga merupakan faktor kecemerlangan seorang muslim (baca: #Tip. Cemerlang dengan Shalat).

      Bukti bahwa kita beriman kepada Allah adalah shalat. Karena shalat merupakan media komunikasi dengan Dzat yang diimaninya. Karena kita beriman maka kita perlu dan butuh shalat. Dengan demikian shalat tanpa ada sesuatu yang diimani, maka tentu akan tidak jelas tujuannya, pun pula jika kita beriman dan tidak shalat maka menunjukkan bahwa tidak ada yang kita imani. Lalu untuk siapa dan untuk apa kita shalat.


      Shalat merupakan ibadah yang bersifat gerakan Iahiriyah atau fisik. Tetapi gerakan itu didasari oleh gerakan ruhani pelakunya. Lidah juga ikut bergerak dengan melafadzkan bacaan shalat yang merupakan bentuk permohonan kepada Allah SWT. Oleh karenanya shalat merupakan perpaduan antara potensi jasmani dan ruhani. Jika hanya gerakan jasmani saja maka itu berarti kita berolahraga, dan tentu akan menyehatkan. Setiap sendi dan ruas tulang-belulang kita akan akan bergerak. Demikian pula aliran darah kita akan mengalir dengan lancar seiring dengan gerakan ruku’ dan sujud serta duduk tawarruk atau iftirasy.

       Tetapi gerakan lahiriyahnya saja pada waktu shalat tidaklah cukup. Karena shalat merupakan wujud komunikasi dengan Dzat yang diyakininya sebagai pernilik keselamatan dan tempat bergatungnya segala sesuatu. Tiada yang ada ini kecuali adalah ciptaanNya. Sungguh semua bernaung dalam kekuasaanNya yang tidak terbatas. Maka ruhani kita pada saat shalat juga ikut bergerak seiring dengan lafadz-lafadz yang kita ucapkan. Bergerak menemui-Nya  untuk mengadukan dan menyampaikan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah kehidupan yang sedang dijalaninya. Selanjutnya berjalan menyusuri jalan yang sesuai dengan petunjuk yang disampaikan olehNya.

       Demikianlah shalat merupakan media kita untuk memohon petunjuk dalam rangka mendapatkan solusi dan setiap keadaan dalam kehidupan kita. Sebagai wujud kepasrahan dan ketundukan serta menghancurkan segala jenis kesombongan diri dihadapan Allah juga kepada hamba-hambaNya.

Wujud ketaatan kemana harus berjalan, menempuh dan menyongsong kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan yang mengantarkan kepada jiwa yang tenang dan damai. Sekalipun kadang dalam badai menderu atau himpitan yang seolah menyesakkan, tetapi jiwa tetap lapang dan bersahaja. 

Jika hanya gerakan ruhani saja atau batin saja tanpa gerakan jasmani (kaifiyah) juga belum dinamai shalat. Karena gerakan jasmani merupakan simbol aktifitas kita sehari-hari, bernuansa keimanan atau kekafiran, menjalankan fungsi sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi atau sebaliknya.

Fungsi gerakan juga adalah harus selalu berubah dan berbenah, seiring dengan perjalanan waktu yang dijalani. Bergerak untuk tidak berdiam diri, akan tetapi selalu berkreasi dan berkarya untuk kemajuan addin ini. Semakin memantapkan jalan yang ditempuh yaitu jalan yang lurus, jujur dan berkeadilan. Semakin bertambah usia semakin menumbuhkan kearifan cinta ilahiyah kepada sesama. Maka shalat merupakan wujud perjalanan kehidupan dengan jalur yang semestinya. Mentaati berbagai jenis rambu-rambu yang dapat menyelamatkan diri dan orang lain. Juga tetap menjaga kelestarian alam sehingga nampak indah dan menyejukkan. Shalat merupakan pengejawantahan arti kehidupan secara nyata.

Bagi mereka yang menyia-nyiakan shalat maka jelas hukumannya. Yang meninggalkan seraya mengingkari kewajiban shalat di hukum kafir, murtad dari addiinu’l islam. Bagi mereka yang meninggalkan seraya masih meyakini kewajibannya diantara para ulama’ masih belum memasukkannya sebagai kafir, atau kufrun duna kufrin [QS. Al-Mudatstsir (74) : 42-44], tetapi jika berlangsung secara terus-menerus bisa jadi juga menjadi kafir. Bagi mereka yang shalat asal-asalan ‘asal shalat’ di hukumi munafiq, tempatnya di neraka paling bawah [lihat QS. An-Nissa’ (4) : 142-145].

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan Kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.”

Shalat harus ditegakkan dengan benar dan serius. Tanpa itu pasti kesesatan kehidupan yang akan dialami. Ujungnya adalah terlempar kedalam jurang api neraka.

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (dilemparkan keneraka)”. [QS. Maryam (19) : 59].

M. Hidayatullah
Bulletin ‘Hanif’ | no. 16 Tahun ke-XV, 26 Dzulhijjah 1431H



4 komentar:

  1. Terimakasih, telah meningatkan... :)

    BalasHapus
  2. Lebih jauh lagi, shalat merupakan bukti syukur seorang hamba kepada Khaliq.
    Artikel yang bagus.......
    Terima kasih atas kunjungannya di http://gunawank.wordpress.com/kisah-sufi/

    BalasHapus
  3. @Gunawank: Terima kasih sobat, semoga persahabatan ini lebih erat dikemudian hari. Salam takzim.

    BalasHapus
  4. @Erwin: terima kasih Sobat sdh mampir kembali, Salam takzim.

    BalasHapus