Selasa, 12 April 2011

#TIP 14. Cemerlang dengan Tawakkal

[36 TIP CEMERLANG DALAM AL-QURAN]

akhiabdul.blogspot.com
[BAGUSE-REK]       Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rizki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Untuk meraih kecemerlangan, setiap rencana ditetapkan, usaha dan jihad telah dilakukan, kita haruslah bertawakkal kepada Allah.


وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ 

“… Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya...” [QS Ath-Thalaq (65) : 3].

Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara definisi mereka adalah (Lihat “Makna Tawakal, 2009, Rikza Maulan, Lc., M.Ag, eramuslim.com):
1.      Menurut Imam Ahmad bin Hambal. Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337)
2.      Ibnu Qoyim al-Jauzi: “Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
3.      Ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar beragam mengenai pernak pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan : Jika dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek; yaitu al-isti’anah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam. Karena tawakal merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT) : Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah, menyandarkan dirinya hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah.

Tawakkal berkaitan erat dengan ketergantungan hati kepada Allah. Allah menjamin kecemerlangan dan keberhasilan kepada meraka yang tawakal. Dalam QS Ali Imran (3) : 159, Allah berfirman,

فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

„...Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya“ [QS Ali Imran (3) : 159].

Jika ada ayat-ayat pelaris ditoko atau kantor Anda, jimat atau yang lainnya, buanglah semua benda itu dan gantilah dengan percaya kepada Allah. Pejamkan mata Anda dan berzikirlah kepada Allah ketika anda dilanda keluh kesah sebab diantara penyebab manusia gagal bertawakal ialah melayani perasaan keluh kesah yang ditiupkan oleh setan. Hal ini difirmakan oleh Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 268,

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui“ [QS Al-Baqarah (2) : 268].

Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa. Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksiman. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu.

Oleh kerananya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada Allah, dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawkalan ke dalam diri kita. Jika manusia yakin dengan janji-janji Allah, tawakal akan memenuhi hati dan dengan itu akan datanglah ketenangan dan kecemerlangan. Amin.



6 komentar:

  1. tawakkal yang baik berarti bukan pasrah ya pak?

    BalasHapus
  2. @Choirul: Insya Allah demikian, wallahu a'lam bi'sh showab. Jazakallah.

    BalasHapus
  3. Membaca postingan ini saat hati sedang belajar menerima nyata yang ternyata tak sesuai dengan harap...

    Terima kasih, sungguh ini penuh makna :)

    BalasHapus
  4. @hidayat: Terima kasih sudah mampir, semoga perkenalan ini langgeng. Salam takzim.

    BalasHapus
  5. @dheasy: terima kasih sudah berkunjung, semoga kembali lagi, hehehehe (maunya). Postingan ini untuk mengingatkan yang posting agar tidak melenceng. Amiin ya rabb. Salam takzim.

    BalasHapus