Sabtu, 23 April 2011

Evaluasi Diri

[Mimpi Siang Bolong]

http://wanto.web.id/
[baguse-rek]      Sesungguhnya peredaran waktu (baca: Bank Waktu), detik ke menit, menit ke jam, jam ke hari, hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun, tahun ke umur kita, semuanya adalah kesempatan untuk bermuhasabah instropeksi diri (baca: Jangan Bercermin Bila dan Jangan Melihat Lewat Jendela Kaca), bahkan retrospeksi diri, apa yang telah kita lakukan dan apa yang akan kita lakukan. Sungguh jatah umur kita tak seorang pun yang tahu. Kadang yang muda Iebih dulu diambil yang Maha Kuasa, yang tua kemudian. Tetapi umumnya memang yang tua duluan dan yang muda kemudian. Tetapi esensinya bukan panjang-pendeknya kesempatan, bukan panjang-pendeknya umur, tetapi bisakah memanfaatkan umur itu sendiri (baca: Lantas Dimanakah Aku Berada?).

Oleh karena itu, marilah kita meneliti diri kita masing-masing, tentang tiga hal:


1.     Evaluasi waktu.  Waktu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang, harus selalu menjadi obyek koreksi kita. Cobalah kita jujur, waktu yang lalu yang sekian banyak kita pergunakan itu, bermanfaat atau tidak. Lebih banyak dosa atau pahala. Durhaka atau setia kepada Allah SWT. Mari kita obyektif, mengaku sejujurnya bahwa waktu yang lalu lebih banyak kita sia-siakan. Waktu sekarang ini mari kita jadikan ‘entry point’. Sekarang mungkin kita sama-sama berada di masjid, tetapi berbeda pula nilainya ketika kita beda menyikapi dan mempersepsi apa yang kita lakukan sekarang ini Banyak yang kelihatannya beribadah, tetapi tidak berpahala, dan banyak pula yang kelihatannya melakukan hal yang remeh temeh tetapi berpahala, seperti menyapu, murah senyum dll.  Selanjutnya adalah waktu tersisa. Takutlah kepada Allah SWT, bahwa genggaman waktu ada di Tangan Allah SWT, bukan di kesehatan kita, bukan di fisik kita. Yang terbaik adalah orang yang diberkahi umurnya, maka kalau kita berdoa janganlah minta panjang umur, tetapi mintalah umur yang berkah. Ada kata hikmah yang patut kita renungkan:

“Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari masa lalu, maka dia beruntung. Dan barang siapa hari ini sama seperti kemarin, maka dia rugi, Dan barangsiapa hari ini lebih jelek dari kemarin, maka dia termasuk dholim”

2.  Evaluasi Perilaku. Waktu akan bias berarti jika ada perilaku. Perilaku ada tiga dimensi:
a.         perilaku fikiran. Jangan pernah berfikir negatif tentang Allah, Al-Quran dan Rasulullah dan Islam. Kadang orang senang mikir, tetapi kemudian lupa akhirat, lupa neraka.
Dimensi fikiran ada tiga:
·            dimensi wahyu
·            dimensi fikir, dan
·            dimensi realitas
yang semuanya bisa menjadi bahan fikiran, tetapi kalau menyangkut benar dan salah, maka acuannya adalah wahyu, bukan akal dan bukan realitas.

b.        Lisan/ucapan. lnilah kata kunci surga atau neraka. Nabi Muhammad SAW ditanya, apa penyebab yang paling banyak orang masuk neraka? Rasulullah SAW menjawab : mulut atas dan mulut bawah. Memang dosa paling banyak itu dari mulut. Coba kalau kita timbang-timbang, mulai pagi hingga sekarang, yang paling banyak bekerja adalah mulut. Marl kita cocokkan mulut kita dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

c.         Ketiga, dimensi perilaku/tindakan. ini juga menentukan, apapun yang kita fikirkan, apapun yang kita ucapkan, akan berhenti di situ kalau tidak ada tindakan. Oleh karena itu marilah kita cocokkan tindakan kita dengan ucapan kita. Harga diri manusia, tergantung cocok tidaknya ucapan dengan tindakan.

3.     Evaluasi Relasi. Ada tiga dimensi. Individual, Sosial dan Vertikal. Kalau kita berfikir tentang diri kita, kaitannya relasi diri sendiri, maka yang terpenting kuncinya adalah sehat. Usahakan diri ini sehat. Karena dengan sehat adalah modal segalanya. Sehat adalah nikmat yang tertinggi dalam hidup kita, tidak ada yang tahu kecuali orang sakit. Kita yang dalam kondisi sehat ini tidak terasa kalau sehat itu nikmat, tetapi orang yang sakitlah yang tahu bagaimana nikmatnya sehat. Relasi sosial, kuncinya adalah kemaslahatan. Relasi vertikal kepada Allah SWT, kuncinya adalah taat. Apapun yang kita lakukan kita dasarii hati yang taat dan ikhlas karena Allah SWT. Jadi dalam kehidupan ini yang terpenting adalah perhitungan kita harus serba ukhrowi. Dunia ini lahan, dan sesungguhnya orang yang pandai mengatur hati, tidak ada kehidupan yang dimensinya hanya duniawi, tetapi bisa diukhrowikan. Jadi semua bisa bernilai ukhrowi walaupun berbentuk duniawi.

Oleh: Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA
Dakwah Jum’at Al-Akbar Edisi 004|02 Shafar 1432H|




9 komentar:

  1. Terimakasih telah diingatkan...
    Selama ini banyak waktuku terbuang untuk hal-hal yg tidak bermanfaat.
    Saatnya meninggalkan itu semua untuk hal yg bermanfaat, jika sewaktu-waktu sang malaikat maut menghampiri.

    BalasHapus
  2. maka saya selalu analisa SWOT pribadi pak, termasuk bagian-bagan di atas. Terima kasih nasihatnya pak, Salam

    BalasHapus
  3. @erwin: terima kasih, hal ini sengaja saya tuliskan disini, agar menjadi pengingat saya, kapan saja. Tengkyu sdh mampir, Salam takzim.

    BalasHapus
  4. @Jumialely: terima kasih sudah menjenguk blog saya, SWOT pribadi saya dipenuhi oleh Weakness yang ingin selalu sy perbaiki. Juga "T" yang selalu mengganggu dari dalam. Tengkyu dan salam takzim.

    BalasHapus
  5. evaluasi waktu, evaluasi sudah berapa banyak waktu terbuang percuma tanpa sesuatu yang bermanfaat untuk kita.
    semoga semakin berhati2 dg waktu

    BalasHapus
  6. @renungan: Terima kasih nasehatnya Sobat, baik untuk "renungan" kita. Mari kita 'renung'kan. Salam takzim

    BalasHapus
  7. evaluasi diri memang sangat penting untuk menjadi lebih baik.......
    Makasih pak, masukan yg sangat berarti buat saya...
    saya share ya pak....

    BalasHapus
  8. @intan:
    Thanks Bu, terima kasih karena selalu berkunjung ke blog ini.

    Jazakillah.
    Salam Takzim

    BalasHapus
  9. matur suwun Pak, Isi Blognya Bagus & Mendidik

    BalasHapus